Sudah bukan menjadi rahasia lagi, bahwa rasisme sudah menjadi hal yang lama terjadi di Indonesia. Diskriminasi ini telah terjadi sejak lama, berawal dari keyakinan kelompok mayoritas dalam hal ini adalah ras Melayu merasa lebih superior karena jumlahnya yang lebih banyak ketimbang ras Melanesia. Dilansir dari suarapapua.com, populasi ras Melanesia yang merupakan bangsa Papua hanya sebesar 0,1% dari 250 juta penduduk di Indonesia, karena hal tersebut lah ras Melayu menganggap bahwa ras Melanesia merupakan orang – orang terbelakang yang jauh dari kemajuan teknologi maupun moderenesasi. Lebih lanjut lagi suarapapua.com menyebtukan bahwa isu rasisme pada warga papua ini sudah terjadi secara terintegrasi selama 57 tahun lamanya.
Perlakuan rasisme terhadap warga Papua ini sudah terjadi semenjak papua dianeksasi ke dalam NKRI, banyak warga Papua yang mengalami tindakan diskriminasi yang dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat mulai dari warga sipil hingga pihak aparat penegak hukum. Tak hanya itu, sudah lama Indonesia menjadi Negara yang merdeka namun mengapa masyarakat Papua masih saja hidup dalam kemiskinan, keterbelakangan, bahkan kebodohan? Belum ada perhatian yang diberikan oleh warga Papua padahal sumber daya alam Papua sering sekali di gunakan, namun pertanyaan yang sama kembali muncul, mengapa rakyatnya masih hidup dalam kemiskinan?
Keterbelakangan ini lah yang menjadikan perilaku rasisme terhadap masyarakat Papua terus berlanjut hingga sekarang ini, kata kata kasar yang sering ditujukan kepada masyarakat Papua seperti “Hitam”, “Bau”, bahkan kata – kata binatang “Dasar monyet” “Asu” atau “Babi” sudah sering sekali di dengar, hal ini juga di alami oleh Mahasiswa Papua yang merantau untuk mencari ilmu di pulau Jawa. Namun, mereka tidak bisa berbuat banyak untuk melawan hal tersebut, karena lagi dan lagi mereka merasa bahwa mereka merupakan kaum minoritas yang suaranya tidak akan di dengar.
Tak hanya rasisme, isu colorism juga sangat melekat pada warga Papua, memiliki kulit yang gelap warga Papua semakin di anggap sebagai kelompok minoritas yang kedudukannya rendah. Colorism merupakan saudara dekat rasisme, colorism adalah suatu keyakinan bahwa kelompok dengan warna kulit tertentu dianggap lebih baik dari warna kulit lainnya. Dalam hal ini, kelompok dengan warna kulit gelap sering sekali mengalami diskriminasi dan intimidasi baik dalam kehidupan sosial, ekonomi, bahkan politik.
Perilaku diskriminasi pada warga Papua terus berlanjut sampai sekarang, kasus yang baru terjadi adalah kerusuhan di Manokwari, kejadian ini berawal ketika Mahasiswa Papua di Surabaya mengalami tindakan kekerasan oleh Ormas dan Aparat setempat, kekerasan ini terjadi karena tuduhan pada Mahasiswa Papua mengenai perusakan bendera merah putih di depan rumah indekos mahasiswa Papua yang kebenarannya masih belum bisa di buktikan. Berbagai kalimat hinaan di lontarkan kepada mahasiswa Papua, salah satu yang menjadi perhatian adalah “dasar monyet” kalimat hinaan tersebut di lontarkan oleh aparat pekerja sipil. Selain itu kediaman mahasiswa Papua juga dirusak oleh ormas.
Hal ini membuktikan bahwa perilaku rasisme dan colorsim di Indonesia pada masyarakat Papua adalah suatu permasalahan serius yang harus diberikan perhatian lebih, mengingat semboyan Negara Indonesia adalah Bhineka Tunggal Ika yang mana berbeda – beda tetapi tetap satu, hal ini sangat berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada. Maka dari itu mari tegakan semboyan Negara kita dengan stop rasisme dan colorism!
Comments