top of page
  • Writer's pictureSounds Of Color

Kita Tidak Bisa Hentikan Rasisme, Selama Colorism Masih Dilakukan


picture from pinterest.dk

Rasisme dan colorime merupakan sebuah keterkaitan yang terkadang masih sulit untuk dibedakan. Alasan mengapa rasisme dan colorisme sulit dibedakan, karena penyebutan “colorisme” masih belum cukup umum dibanding rasisme. Jadi pada intinya rasisme adalah sebuah pandangan atau paham yang dianut oleh seseorang atau masyarakat terhadap suatu golongan tertentu yang biasanya berdasarkan ras, derajat, dsb. Sedangkan colorisme adalah bentuk politik pada kulit. Rasisme dan colorisme tidak hanya terjadi secara terang-terangan, namun juga secara halus, tidak jarang seperti dibahas dalam suatu lelucon, padahal hal ini sama sekali tidak bisa menjadi lelucon.


Contohnya seperti ketika menganggap ras kulit hitam (negroid) merupakan ras yang selalu membawa kriminalitas, sering kali kita melihat seorang yang berkulit putih enggan berdekatan secara posisi dengan orang yang memiliki kulit hitam, seperti ketika sedang makan disebuah tempat makan. Contoh lain juga bisa terjadi ketika seorang menilai muslim (orang yang beragama muslim) adalah teroris, tidak bisa dipungkiri juga hampir setiap teror yang terjadi, pelaku menggunakan pakaian muslim, namun biasanya identitas pelaku tidak dicari tahu lebih dalam, apakah ia benar seorang muslim atau tidak. Tidak jarang juga ditemui rasis degan orang asia yang memiliki mata yang cenderung sipit “matanya mana kok ilang?”, dan bahkan menindas orang korea selatan yang terkenal dengan dokter operasi plastik yang hebat, sering kali dianggap remeh seperti “oh orang korea selatan? Mukanya asli ngga? Plastik ya?”.


Colorisme cukup sering terjadi oleh perempuan dengan perempuan lainnya. Contohnya ketika seseorang merundung orang lain yang berkulit lebih gelap darinnya, atau bahkan sangat gelap seperti “item banget sih, gapernah mandi ya?’ atau bahkan dengan halus seperti “kamu coba deh produk A, soalnya itu memutihkan kulit” , atau bahkan dengan sarkasme “kalo kamu putih pasti kamu cantik”. Colorisme menyebabkan mendorong seseorang untuk memiliki kulit putih agar mendapatkan pengakuan, agar tidak mendapat rundungan. Misal ketika seorang perempuan yang merasa tidak puas dengan sirnya karena memiliki kulit gelap, menurutnya kulit gelap itu tidak cantik dan tidak bersih, lalu ia akan mencoba berbagai cara untuk memutihkan kulit, dengan suntik putih, menggunakan produk pemutih untuk kulit, yang terkadang tidak terfokus untuk membaca kandungan pemutih kulit tersebut yang keamanannya belum pasti untuk kulit.


Oleh karena itu mulai perlahan untuk memberhentikan colorisme yang terjadi di Indonesia. Kita tidak dapat mengentikan rasisme jika belum berhasil memberhentikan colorisme. semua orang berhak untuk mendapatkan hidup yang layak, dan mulailah untuk menghargai semua golongan tanpa menindas orang lain. Terutama kita tinggal di negara yang memiliki banyak kepulauan, yang terdiri dari derah-daerah yang memiliki adat dan ke-khasan masing-masing. Lelucon pun sebaiknya tetap dihindari, jika menyinggung rasisme maupun colorisme. Teruntuk perempuan, semua perempuan itu cantik dengan warna kulit apapun, cantik tidak terbatas oleh warna kulit, dan berasal dari kota atau negara manapun. Edukasi orang lain jika terjadi rasisme dan colorisme, juga sebaiknya tanamkan pandangan sejak dini bahwa semua orang di dunia ini harus dihargai, karena jika sejak dini sudah dapat menghargai orang lain, sampai dewasa pun akan sudah paham mengenai pandangan ini.

3 views0 comments

Comments


bottom of page